Mu’assis Thoriqoh Tijaniyyah ini adalah wali khatmi wal katmi Sayidisy
Syaikh Abul ‘Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani Radliallahu ‘anhu
(1150-1230 H). Jalur nasab ayahnya bersambung sampai kepada Sayidina
Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib radliallahu anhum.
Pada
tahun 1196 H, Syaikh Ahmad At-Tijani pergi ke sebuah tempat yang
tenang dan barokah di padang sahara, yang di situ tinggal seorang wali
agung Abu Samghun. Di tempat itu beliau memperoleh Alfath al-Akbar
(anugerah yang sangat besar) dari Allah SWT, yaitu bermuwajahah
(bertatap muka) dengan Rasulullah SAW. secara yaqdhah (keadaan
jaga/bukan mimpi). Pada saat itu Rasulullah mentalqin beliau untuk;
a). Wirid istighfar 100 kali dan shalawat 100 kali, dan
b). mentalqinkan wirid tersebut kepada umat Islam yang berminat sekalipun berdosa.
Dan juga bersabda kepada Beliau: ”Tidak ada karunia bagi seorang
makhluk pun dari para guru thoriqoh atas kamu. Akulah
Washilah/perantaramu dan pembimbingmu dengan sebenar-benarnya, maka
tinggalkanlah semua thoriqoh yang telah kamu ikuti.”
Pelaksanaan wirid tersebut berjalan selama empat tahun. Dan pada tahun
1200 H, wirid itu disempurnakan oleh Rasulullah SAW. dengan ditambah
“hailallah” (Laa ilaaha illallah).
Thoriqoh Tijaniyah ini tersebar luas di Mesir, Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika Hitam, dan juga di barat Afrika.
Para pengikut Thoriqoh ini mempunyai sumbangan yang besar terhadap
Islam, karena mereka telah menyebarkan prinsip-prinsip Islam ke
tengah-tengah kaum penyembah berhala di Afrika, dan memasukkan mereka
ke dalam Islam, sebagaimana sumbangan mereka yang juga besar dalam
menolak misi para misionaris Nasrani di Afrika.
Kitab tentang
sejarah thoriqoh ini serta dzikir-dzikirnya telah ditulis oleh para
guru Tijaniyah, yaitu Jawahirul Ma’ani wa bulughul Amani fi Faidl
Asy-Syaikh At-Tijani atau yang juga dikenal dengan kitab Al-Kanais.
Sumber : At-Tijaniyah
Baca juga : 3.5 Tahun stroke, mampu berdiri dan berjalan dalam hitungan jam"APA RAHASIANYA"
0 komentar:
Posting Komentar