Fakta-fakta tersebut membuat kanker
leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di
dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang. Saat ini,
kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu
sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang 48 juta
perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.
Apa Itu Kanker Serviks atau Kanker Leher Rahim
Kanker serviks atau kanker leher rahim
adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang
menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian
kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak
2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun. Kanker leher rahim
sendiri merupakan keganasan yang dapat dicegah karena :
- Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
- Pemeriksaan sitologi (sel) untuk mendeteksi dini kanker leher rahim sudah tersedia
- Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif
Gejala Umum Kanker Serviks
Lalu apa gejala yang dapat terlihat?
Gejala paling umum dari kanker serviks atau kanker leher rahim adalah
perdarahan abnormal dari vagina atau flek (bercak) vagina. Perdarahan
abnormal ini terutama terjadi setelah berhubungan seksual, namun dapat
muncul juga perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, menoragia, atau
bercak / perdarahan postmenopause. Bila perdarahan berlangsung dalam
jangka waktu lama maka pasien dapat mengeluh lelah dan lemas karena
anemia yang dialaminya. Bercak kekuningan yang encer diikuti dengan bau
amis dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul
ketika sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya.
Pada stadium lanjut, pasien dapat
mengeluh bercak vagina yang berbau, penurunan berat badan, dan obstruksi
(sumbatan) dalam berkemih. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul
maka nyeri punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam berkemih
serta hidronefrosis (pembesaran ginjal). Gejala kandung kemih maupun
rektum (hematuri, hematoschezia <BAB berdarah>, fistula) dapat berhubungan dengan penyebaran ke kandung kemih sertarektum pada tumor invasif.
Untuk menjadi kanker serviks
dibutuhkan waktu sampai belasan tahun. Lesi (luka atau tanda) dini pada
kanker leher rahim dapat berupa lesi indurasi (keras) ataupun ulserasi
(luka bernanah), atau daerah yang sedikit elevasi (meninggi) dan
bergranul yang mudah berdarah bila disentuh.
Faktor Risiko Kanker Serviks
- Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosio ekonomi. - Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim. - Merokok
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak). - Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi - Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas) - Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)
Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin)
Pemeriksaan secara berkala bagi
seluruh wanita terutama yang memiliki faktor risiko menggunakan Pap
smear adalah cara yang efektif untuk mendeteksi dini kanker leher rahim
dan penanganan lebih awal serta adekuat. Selain pap smear, metode lain
adalah inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau dengan Lugol’s
Iodine (VILI) serta HPV-hybrid capture. Tes tersebut mudah dilakukan dan
memiliki hasil yang efektif. Skrining dilakukan 3 tahun setelah aktif
secara seksual dan diulangi setiap tahunnya.
Pengobatan kanker paling ideal
adalah pendeteksian dini. Semakin awal terdeteksi, semakin baik langkah
penanganan yang dapat diambil. Oleh karena itu, halaman selanjutnya
menjelaskan bagaimana tahapan penyebaran kanker serviks pada tubuh.
Kanker leher rahim dapat menyebar ke
berbagai macam organ. Diantaranya ke kelenjar getah bening, vagina,
kandung kemih, rektum, endometrium (selaput dinding rahim), dan ovarium
(indung telur). Masing-masing memberikan gejala yang berbeda-beda.
Penyebaran kanker leher rahim pada umumnya melalui peredaran kelenjar
getah bening, penyebaran melalui peredaran darah jarang terjadi.
Stadium
International of Gynecology and
Obstetrics (FIGO) staging system digunakan untuk evaluasi dan diagnosis
dari kanker leher rahim berdasarkan gejala yang terjadi. Stadium
berdasarkan FIGO yaitu:
- Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
-Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm. Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang. Stadium IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang.
-Stadium IB. Tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm. Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang. Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm. - Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
-Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina.
-Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul. - Stadium III. Kanker
meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina
bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses
berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat
gangguan ginjal.
-Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul.
-Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal. - Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul.
-Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum.
-Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh
0 komentar:
Posting Komentar