KENDATI 10 April 2016 diperingati haul ke 11
al-’Alim al-Allamah al-’Arif bi-Allah asy-Syekh Muhammad Zaini Abdul
Ghani di Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan,
persiapan menu jamuan dan penginapan tetamu dari berbagai daerah di
Tanah Air, mulai disiapkan koordinator.
Setiap hari menjelang hari H, persiapan demi persiapan dilakukan koordinator bersama relawan dan muslimin-muslimat di sekitar Kompleks Sekumpul, Martapura. Dinamika warga tersebut, mulai dari persiapan memasak dan jenis makanan yang akan disajikan, terus diikuti Metro Banjar dan Banjarmasin Post.
Iya, antusias warga tidak hanya dari Kalsel yang sudah bersiap-siap dengan segala sesuatunya, tapi muslimin-muslimat dari pulau Jawa dan Sumatera bahkan negara Malaysia dan Brunei Darussalam, ingin berhadir pada haul ke 11 Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani, yang akrab disebut Guru Sekumpul itu.
Dalam perjalanan hidup Guru Sekumpul ini, membuktikan ia hadir berawal dari sebuah pengajian di Keraton, Martapura, kemudian pindah ke Kebun Kacang, yang kemudian dikenal Kompleks Sekumpul, Martapura. Itu pun setelah Tuan Guru H Badruddin (ulama panutan sebelumnya) meninggal dunia.
Ulama panutan itu, bergerak khusus di bidang dakwah islamiyah, meningkatkan pendidikan Islam melalui majelis taklim, memperbaiki akidah umat dari peribadatan yang bercampur bid’ah dan khurafat.
Sesekali dalam materi dakwah sisipan, Guru Sekumpul menyentuh lapangan politik, ekonomi, kebudayaan dan sosial. Dalam keseharian umat Islam di Martapura, Sekumpul menjadi acuan dalam berinteraksi urusan duniawi dan kemaslahatan umat.
Sampai kini, kehidupan bermasyarakat, dakwah Islam dan pendidikan melalui majelis taklim, memberikan ketenangan tersendiri di hati umat Islam. Demikian pula pelurusan akidah, senantiasa dibetulkan dalam setiap tindak-tanduk umat.
Baca juga : 3.5 tahun stroke, mampu berdiri dan berjalan hanya dalam waktu beberapa jam ' APA RAHSIANYA'
Setiap hari menjelang hari H, persiapan demi persiapan dilakukan koordinator bersama relawan dan muslimin-muslimat di sekitar Kompleks Sekumpul, Martapura. Dinamika warga tersebut, mulai dari persiapan memasak dan jenis makanan yang akan disajikan, terus diikuti Metro Banjar dan Banjarmasin Post.
Iya, antusias warga tidak hanya dari Kalsel yang sudah bersiap-siap dengan segala sesuatunya, tapi muslimin-muslimat dari pulau Jawa dan Sumatera bahkan negara Malaysia dan Brunei Darussalam, ingin berhadir pada haul ke 11 Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani, yang akrab disebut Guru Sekumpul itu.
Dalam perjalanan hidup Guru Sekumpul ini, membuktikan ia hadir berawal dari sebuah pengajian di Keraton, Martapura, kemudian pindah ke Kebun Kacang, yang kemudian dikenal Kompleks Sekumpul, Martapura. Itu pun setelah Tuan Guru H Badruddin (ulama panutan sebelumnya) meninggal dunia.
Ulama panutan itu, bergerak khusus di bidang dakwah islamiyah, meningkatkan pendidikan Islam melalui majelis taklim, memperbaiki akidah umat dari peribadatan yang bercampur bid’ah dan khurafat.
Sesekali dalam materi dakwah sisipan, Guru Sekumpul menyentuh lapangan politik, ekonomi, kebudayaan dan sosial. Dalam keseharian umat Islam di Martapura, Sekumpul menjadi acuan dalam berinteraksi urusan duniawi dan kemaslahatan umat.
Sampai kini, kehidupan bermasyarakat, dakwah Islam dan pendidikan melalui majelis taklim, memberikan ketenangan tersendiri di hati umat Islam. Demikian pula pelurusan akidah, senantiasa dibetulkan dalam setiap tindak-tanduk umat.
Baca juga : 3.5 tahun stroke, mampu berdiri dan berjalan hanya dalam waktu beberapa jam ' APA RAHSIANYA'
Yang dirasakan umat Islam, betapa kuatnya magnet Sekumpul, ketika
menyisipkan masalah etika berpolitik, cara-cara bertransaksi, kesenian
secara islami dan masalah sosial lainnya, Sekumpul selalu menjadi acuan
umat dan cepat menjadi rujukan di masyarakat.
Selain Guru Sekumpul, ulama panutan Kalimantan yang baru diperingati haul ke 6 nya, adalah KH Asywadie Syukur. Sang kiai yang guru besar ilmu dakwah pada IAIN Antasari dan ketua umum MUI Kalsel itu, tutup usia pada 27 Maret 2010 di RSUD Ulin Banjarmasin.
Sang ulama lahir pada 8 Agustus 1939 di Benau Hulu, Lahei, Barito Utara, Kalimantan Tengah, dari suku Bakumpai Marabahan. Semasa kecilnya, menimba ilmu agama di Sekolah Menengah Hidayatullah Martapura, juga teman bermudzakarah Guru Sekumpul.
Kini umat Islam di Martapura dan Kalimantan Selatan, menantikan hadirnya generasi baru ulama panutan, menggantikan atau paling tidak sama dengan kharisma yang dimiliki oleh dua Tuan Guru tersebut dalam menuntun umat.
Tampaknya ini tidak bisa ditawar-tawar, sehingga tidak mengalami kekosongan ulama panutan, penuntun umat yang disegani dan kharismatik. Semoga. (*)
Sumber: Banjarmasin Post Edisi Cetak
Baca juga : 3.5 tahun stroke, mampu berdiri dan berjalan hanya dalam waktu beberapa jam ' APA RAHSIANYA'
Selain Guru Sekumpul, ulama panutan Kalimantan yang baru diperingati haul ke 6 nya, adalah KH Asywadie Syukur. Sang kiai yang guru besar ilmu dakwah pada IAIN Antasari dan ketua umum MUI Kalsel itu, tutup usia pada 27 Maret 2010 di RSUD Ulin Banjarmasin.
Sang ulama lahir pada 8 Agustus 1939 di Benau Hulu, Lahei, Barito Utara, Kalimantan Tengah, dari suku Bakumpai Marabahan. Semasa kecilnya, menimba ilmu agama di Sekolah Menengah Hidayatullah Martapura, juga teman bermudzakarah Guru Sekumpul.
Kini umat Islam di Martapura dan Kalimantan Selatan, menantikan hadirnya generasi baru ulama panutan, menggantikan atau paling tidak sama dengan kharisma yang dimiliki oleh dua Tuan Guru tersebut dalam menuntun umat.
Tampaknya ini tidak bisa ditawar-tawar, sehingga tidak mengalami kekosongan ulama panutan, penuntun umat yang disegani dan kharismatik. Semoga. (*)
Sumber: Banjarmasin Post Edisi Cetak
Baca juga : 3.5 tahun stroke, mampu berdiri dan berjalan hanya dalam waktu beberapa jam ' APA RAHSIANYA'
0 komentar:
Posting Komentar